Bisnis Digital SMK Sangkuriang 1

test

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Sabtu, 18 September 2021

GURUH GIPSY ALBUM

GURUH GIPSY ALBUM

GURUH GIPSY ALBUM



Guruh Gipsy adalah album studio Indonesia tahun 1976 yang dirilis oleh Guruh Sukarnoputra bekerja sama dengan grup musik Gipsy yang beranggotakan Keenan Nasution, Chrisye, Roni Harahap, dan Oding Nasution. Memadukan instrumen modern dengan gaya musik tradisional Jawa dan Bali, kini album ini dianggap sebagai salah satu album penting. Pada tahun 2007, Rolling Stone Indonesia memilihnya sebagai album Indonesia terbaik kedua sepanjang masa.

Pada dasarnya Gipsy adalah sebuah kelompok musik yang anggotanya adalah Nasution bersaudara: Gauri Nasution, Keenan Nasution, Odink Nasution, dan Deby Nasution. Sebelumnya Gipsy didirikan pada tahun 1966 dengan nama Sabda Nada dengan anggota: Ponco Sutowo, Gauri Nasution, Joe-Am, Eddy, Edit, Roland dan Keenan Nasution. Pada tahun 1969, Gipsy berubah formasi menjadi: Keenan Nasution, Gauri Nasution, Chrisye, Tammy Daud, Onan Susilo dan Atut Harahap. Pada tahun 1973 Gipsy pernah bertolak menuju New York bermain di Resaturan Ramayana milik Pertamina dengan perubahan formasi menjadi: Chrisye (bass), Keenan Nasution (drum), Gauri Nasution (gitar), Adjie Bandy (biola), Rully Djohan (keyboards) dan Lulu Soemaryo (saxophone).

Mereka sangat akrab dengan musik Bali, bahkan pada awal tahun 70-an, mereka pernah tampil manggung di Bank Indonesia dengan menampilkan musik barat yang dipadukan dengan musik Bali, berkolaborasi dengan kelompok gamelan yang dipimpin oleh Wayan Suparta Wijaya. Upaya kolaboratif yang disebut Guruh Gipsy dibuat dengan semangat yang kuat, mungkin karena Guruh ingin berkesperiman menggabungkan musik etnis Bali yang berdasarkan skala pentatonis dan musik barat yang didasarkan pada skala diatonis. Upaya ini membutuhkan waktu selama kurang lebih enam belas bulan dari awal mereka berlatih. Waktu yang digunakan oleh Guruh untuk berbagai kegiatan rekaman tersebut sangatlah padat. Mulai dari pembiayaan proyek, penjadwalan dengan studio, yang waktu itu hanya memiliki sistem rekaman 16-track, yaitu studio Tri Angkasa, dan menyusun musik bersama Keenan Nasution (drum), Odink Nasution (gitar), Abadi Soesman (keyboard), Roni Harahap (piano / organ), dan Chrisye (vokal). Rekaman memakan waktu kurang lebih selama 52 hari.

Harry Roesli dan berbagai nama lainnya pernah melakukan hal yang sama. Bahkan pada tahun itu baru saja dirilis album eksperimen "Bali Agung" yang menggabungkan musik rock dan musik tradisional Bali oleh pemusik eksperimentalis Jerman, Eberhard Schoener. Membaurkan gamelan dan musik tradisional, sebetulnya bukan sesuatu yang baru. Komposer Jean Claude Debussy pun telah melakukan hal tersebut dalam format klasik. Juga ada pemusik asal Kanada Collin McPhee yang sejak era 1930-an telah membuat komposisi yang bertumpu pada seperangkat gamelan bertajuk Tabuh-tabuhan (1934). Bahkan, Jim Morrison dengan The Doors nya, juga pernah melakukan hal serupa. Pada pada album LA Woman The Doors (1971) termasuk pula album solo Ray Manzarek bertajuk The Golden Scarab hingga Bali Agung Eberhard Schoener (1976).

Guruh dan budaya Bali


Guruh Gipsy ternyata memiliki pesona tersendiri, karena mereka tak hanya melakukan eksplorasi bunyi-bunyian saja melainkan juga pada tema penulisan lirik yang memasuki wilayah kritik sosial. Jika diamati pada sampul album Guruh Gipsy yang menampilkan kaligrafi Dasabayu, berupa rangkaian 10 aksara Bali dengan arti dan makna tertentu pula. Yaitu I-A berarti kejadian dan keadaan, A-Ka-Sa berarti kesendirian dan kekosongan, Ma-Ra berarti baru, La-Wa berarti kebenaran dan Ya-Ung berarti sejati.

Mitosnya, kombinasi ke 10 aksara itu pada zaman dahulu kala oleh orang Bali diyakini memberikan tuah. Dan gabungan aksara Bali itu sepenuhnya diterjemahkan sebagai suatu keadaan hampa atau kosong yang nantinya akan berubah menjadi kebenaran yang hakiki. Mungkin kita sepakat, jika menelaah lebih jauh, album Guruh Gipsy adalah sebuah mahakarya. Sebuah karya yang menyita banyak pikiran, tenaga dan pengorbanan dalam proses penggarapannya. Album Guruh Gipsy ini hanya dicetak sebanyak 5.000 keping kaset, meski harus melalui masa penggarapan yang sangat panjang dan melelahkan.

Guruh Gipsy yang pada sampul depannya menyertakan tagline: ‘kesepakatan dalam kepekatan‘, memulai masa proses rekaman pada Juli tahun 1975 dan berakhir pada November tahun 1976. Tahap awal proses rekaman berlangsung dari Juli 1975 hingga Februari 1976 dan menggarap sekitar empat lagu, Geger Gelgel, Barong Gundah, Chopin Larung serta sebuah lagu yang belum diberi judul namun akhirnya tidak jadi dimasukkan ke dalam album. Kali ini Guruh menggandeng seniman Bali I Gusti Kompiang Raka.

Tahap selanjutnya berlangsung selama sebulan penuh mulai dari Mei-Juni tahun 1976 dan menghasilkan 4 lagu yaitu Smaradhana, Indonesia Maharddhika, Janger 1897 Saka dan Chopin Larung yang harus direkam ulang karena masalah teknis. Hal serupa juga dialami lagu-lagu lainnya seperti pada lagu Barong dan Gundah. Hingga akhirnya tahap terakhir berupa proses mixing yang berlangsung sekitar 5 bulan mulai dari Juli 1976 hingga November 1976.

Menjelang akhir tahun 1976 album Guruh Gipsy pun dirilis. Sebuah karya eksperimen telah lahir. Namun tak semua orang mengenal maupun menikmati karya kolosal ini, ketika album ini dirilis ke pasaran. Namun 30 tahun kemudian, album Guruh Gipsy menjadi album yang paling banyak dicari-cari orang. Mungkin karena faktor kelangkaannya, album ini pun menjadi topik diskusi dari penggemar musik rock progresif di Eropa, Jepang dan AmerikaAmerika.

Bahkan beberapa radio yang memutar dan mengapresiasikan musik rock progresif seperti yang dijumpai di Swiss, Belgia hingga Kanada memutar dan mengulas album Guruh Gipsy ini. Dari ukuran industri album Guruh Gipsy memang tidak memenuhi target penjualan, tetapi dalam pencapaian artistik album Guruh Gipsy bisa dianggap sebagai inspirasi untuk generasi sesudahnyahnya. Persis sama dengan album Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band nya The Beatles yang dianggap telah mencapai titik revolusi dalam musik pop.


Daftar lagu

Seluruh musik dan lirik diciptakan oleh Guruh Soekarnoputra, 
kecuali "Sekar Ginotan" diciptakan oleh I Gusti Kompyang Raka

Sisi A
1. "Indonesia Maharddhika" Keenan Nasution 15:43
2. "Chopin Larung" Chrisye 7:19
3. "Barong Gundah" (Instrumentalia) 6:57
Durasi total: 29:59

Sisi B
4. "Janger 1897 Saka" Keenan Nasution 8:53
5. "Geger Gelgel" Keenan Nasution 12:04
6. "Smaradhana" Chrisye 2:56

Bonus Track 
7. "Sekar Ginotan" (Instrumentalia) 6:38
Durasi total: 30:31

Personel
Keenan Nasution – vokal utama, drum
Chrisye – bass, backing vocal, vokal utama pada "Chopin Larung" dan "Smaradhana"
Abadi Soesman – penyintesis
Roni Harahap – piano, organ
Odink Nasution – gitar
Guruh Soekarnoputra – gamelan, lirik, musik

Personel tambahan
Trisuci Kamal – piano
Gauri Nasution – gitar
Hutauruk Sisters – vokal latar
I Gusti Kompyang Raka – gamelan, musik
Orkestra Radio Republik Indonesia – orkestra


***Disclaimer*** 

I do not own any copyright 
for any of this material!
Copyright belongs to Guruh Soekarno 
and  Tri Angkasa Music Laboratory,  Recordings! 
Purchase your remastered copy today!
Simple Music Player
PLAYING x OF y
Track Name
Track Artist
00:00
00:00

Featured Post

Sebuah Nama sebuah Cerita ( 2008 )

Nectar - Joji ...

Post Top Ad

Your Ad Spot

Halaman